Minggu, 16 Mei 2010

TOILET TRAINING PADA ANAK

Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3 tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun.
Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air besar sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri.
Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 tahun dan 10% anak berusia 6 tahun masih mengompol pada malam hari.

Cara terbaik untuk menghindari timbulnya masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah dengan mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari kesiapan anak adalah:
- Selama beberapa jam pakaian dalamnya kering
- Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah
- Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk diatas potty chair (pispot khusus untuk anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus)
- Anak mampu mengikuti petunjuk/aturan lisan yang sederhana.
Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bulan.

Metode toilet training yang paling banyak digunakan adalah metode timing.
Anak yang tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan secara bertahap diminta untuk duduk diatasnya sebentar saja dalam keadaan berpakaian lengkap. Kemudian anak diminta untuk melepaskan pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk diatas potty chair selama tidak lebih dari 5-10 menit. Hal tersebut dilakukan sambil ibu memberikan penjelasan bahwa sekarang sudah saatnya anak untuk melakukan buang air besar/kecil di tempatnya (maksudnya pada potty chair atau kloset), bukan di pakaian dalam ataupun popok.
Jika anak sudah bisa melakukannya, ibu boleh memberikan pujian ataupun hadiah. Tetapi jika anak belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak memarahi maupun menghukum anak.
Metode timing efektif untuk anak-anak yang memiliki jadwal buang air besar/kecil yang teratur.

Metode toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu.
Kepada anak yang sudah siap, diajarkan cara-cara toilet training dengan menggunakan boneka sebagai model. Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian dalamnya kering dan telah berhasil melewati setiap proses toilet training. Kemudian ibu meminta anak untuk menirukan proses toilet training dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak juga diajari untuk memuji bonekanya.
Selanjutnya, anak menirukan apa yang telah dilakukan oleh bonekanya dan ibu memberikan pujian kepada anak.

Jika anak tetap bertahan duduk di toilet, sebaiknya diangkat dan toilet training dicoba kembali setelah anak makan. Jika hal ini berlangsung selama beberapa hari, sebaiknya toilet training ditunda selama beberapa minggu.
Sangat penting untuk memberikan pujian kepada anak yang telah berhasil melakukan toilet training. Setelah pola buang air besar/kecil stabil, secara perlahan pujian tersebut dikurangi.
Memaksa anak untuk buang air besar/kecil di toilet dengan kekerasan tidak efektif dan bisa menyebabkan ketegangan pada hubungan ibu-anak.

1 komentar: