Sabtu, 24 Oktober 2009

CIRI-CIRI ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA


1. Keterbukaan pada Pengalaman

Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensive. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan luar disampaikan ke system syaraf organisme tanpa distorsi atau larangan. Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan baru. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional”, yakni mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negative (baik kegembiraan atau kesusahan).

2. Kehidupan Eksistensial

Orang yang berfungsi sepenuhnya tidak memiliki diri berprasangka atau tidak harus mengontrol emosi atau memanipulasi pengalaman-pengalaman, sehingga bebas berpartisipasi di dalamnya. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat menyesuaikan diri karena struktur diri terus terbuka kepada pengalaman baru dan kepribadian tersebut tidak kaku atau tidak dapat diramalkan.

3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri

Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul seketika dan intuitif. Dalam tingkah laku banyak spontanitas dan kebebasan, tetapi tidak sama dengan bertindak terburu-buru atau sama sekali tidak memperhatikan konsekuensi-konsekuensinya, maka orang yang sehat percaya akan keputusan mereka seperti mereka percaya akan diri mereka sendiri.

4. Perasaan Bebas

Orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan atau peristiwa-peristiwa masa lampau.

5. Kreativitas

Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Menurut Rogers, orang-orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menaggulangi perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah.

SUMBER : PSIKOLOGI PERTUMBUHAN By DUANE SCHULTZ

PERANAN POSITIF REGARDS DALAM KEPRIBADIAN INDIVIDU MENURUT ROGERS


Positive regards, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki oleh semua manusia. Terutama pada anak, dia terdorong untuk mencari positive regards. Jika dia tidak mendapatkannya dari ibu. Maka anak akan mengharapkan bimbingan tingkah laku dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena sudah kecewa, positive regards akan semakin menguat. Anak akan mengerahkan energi dan pikirannya. Bekerja keras untuk mendapatkan positive regards dengan mengorbankan aktualisasi dirinya. Karena anak mengembangkan sikap–sikap conditional positive regards maka dia menginternalisasikan sikap–sikap ibu. Maka sikap – sikap ibu diambil alih anak itu dan diterapkan kepada dirinya.

SUMBER : PSIKOLOGI PERTUMBUHAN By DUANE SCHULTZ

PERKEMBANGAN DIRI (SELF) MENURUT ROGERS


Anak mulai membedakan penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”, anak juga mengembangkan kemampuan untuk membedakan apa yang menjadi miliknya atau bagian dari dirinya dan semua benda yang dilihatnya, didengar, diraba, dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu gambaran tentang siapa dia, dengan kata lain dia mengembangkan suatu pengertian diri atau self-concept.

Self-concept menggambarkan dia akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa. Secara khusus bagaimana diri itu berkembang apakah menjadi sehat atau tidak, tergantung pada cinta yang diterima oleh anak dalam masa kecil. Dalam proses perkembangan diri, anak memerlukan kebutuhan cinta dan kebutuhan tersebut disebut positive regards.

Positive regards adalah suatu penghargaan yang diterima oleh anak melalui rasa cinta dan kasih sayang tetapi anak akan menjadi kecewa bila mendapatkan celaan dan kurang rasa cinta dan kasih sayang.
Self-concept sangat dipengaruhi oleh peranan ibu yang memberikan positive regards atau celaan. Anak mengharapkan bimbingan tingkah laku dari orang lain bukan dari dirinya sendiri. Anak yang merasa kecewa membutuhkan positive regards yang kuat dan mengerahkan energi serta pikiran. Situasi ini menegmbangkan “penghargaan positive bersyarat”(conditional positive regards), ini berarti anak merasakan perasaan harga diri hanya pada syarat-syarat tertentu. Anak menjadi defensive yang sewaktu-waktu terjadi kecemasan, sebagai akibat sikap defensive kebebasan individu terbatas, kodrat yang sejati tidak dapat diungkap sepenuhnya. Diri tidak dibiarkan beraktualisasi sepenuhnya karena individu tidak dapat berinteraksi sepenuhnya dan terbuka dengan lingkungan, maka mereka mengembangkan “ketidakharmonisan”, dengan kata lain mereka tidak dapat mengembangkan kepribadian-kepribadian yang sehat.

Syarat utama kepribadian sehat adalah “penghargaan positive tanpa syarat”(unconditional positive regards). Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Anak-anak yang bertumbuh dengan perasaan unconditional positive regards tidak akan mengembangkan syarat-syarat penghargaan, dia dapat mengambil bagian dalam kehidupan dengan bebas dan sepenuhnya. Diri adalah dalam dan luas, karena diri itu mengandung semua pikiran dan perasaan yang mampu diungkapkan orang itu dan diri juga fleksibel dan terbuka kepada pengalaman baru serta tidak ada bagian dari diri yang dilumpuhkan atau terhambat dalam ungkapannya.

Orang ini bebas dalam mengaktualisasi diri dan mengembangkan seluruh potensinya dan dapat maju ke tujuan terakhir, yakni menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya.

SUMBER : PSIKOLOGI PERTUMBUHAN By DUANE SCHULTZ

KRITERIA KEPRIBADIAN YANG MATANG


Terdapat 7 kriteria kematangan menurut Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat :

1. Perluasan Perasaan Diri

Ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan perhatian-perhatian di luar dirinya tetapi tidak cukup hanya berinteraksi pada seseorang saja, orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas. Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang, maka dia semakin sehat secara psikologis serta diri menjadi tertanam dalam aktivitas yang penuh arti dan aktivitas ini menjadi perluasan perasaan diri.

2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang lain

Allport membedakan 2 macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner dan teman akrab, ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang dengan baik. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
Perasaan terharu adalah pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Sebagai hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu, kepribadian yang matang, sabar terhadap tingkah laku orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan orang lain dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan yang sama.

3. Keamanan Emosional

Sifat dari kepribadian yang sehat meliputi penerimaan diri, yakni, mampu menerima semua segi dari mereka, termasuk kelemahan dan kekurangan tanpa menyerah secara pasif pada kelemahan dan kekurangan. Kepribadian yang sehat mengontrol emosinya sehingga tidak menganggu aktivitas antar pribadi, bukan merupakan represi tetapi diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang lebih konstruktif.
Orang-orang yang matang tidak dapat begitu sabar terhadap kekecewaan, tidak dapat begitu menerima diri, atau tidak dapat begitu banyak mengontrol emosi mereka, jika mereka tidak merasakan suatu perasaan dasar akan keamanan.

4. Persepsi Realistis

Orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif sedangkan orang neurotis harus mengubah realitas sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan ketakuatn mereka sendiri. Orang yang sehat menerima realitas sebagaimana adanya.

5. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas

Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen dan keterampilan-keterampilan.

6. Pemahaman Diri

Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan atau perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan sesungguhnya. Semakin dekat gagasan tersebut, maka individu juga semakin matang. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.

7. Filsafat Hidup yang Mempersatukan

Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang serta mempunyai perasaan akan tujuan, tugas untuk bekerja sampai selesai, memberi kontinuitas bagi kepribadian mereka. Allport menekankan bahwa nilai sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Suara hati juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dan tidak matang atau neurotis. Suara hati yang tidak matang sama seperti suara hati anak-anak, yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa sejak masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau nilai-nilai etis.

SUMBER : PSIKOLOGI PERTUMBUHAN By DUANE SCHULTZ

Pendapat Allport dalam membahas manusia


Allport lebih optimis tentang kodrat manusia yang positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung. Sifat manusia yang tampak bersumber pada masa kanak-kanak. Orang yang sehat tidak di dorong oleh konflik tak sadar yang ada di dalam diri mereka tetapi kekuatan tak sadar merupakan pengaruh yang penting pada tingkah laku orang dewasa yang neurotis.

Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma dan konflik masa kanak-kanak. Orang neurotis terikat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak tetapi orang yang sehat, bebas dari paksaan masa lampau. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, peristiwa kontemporer, yang akan datang dan tidak mundur kepada peristiwa masa kanak-kanak.

Allport berpendapat bahwa kepribadian yang sehat tidak dibimbing oleh kekuatan-kekuatan tak sadar atau pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak,kita didorong lebih oleh rencana-rencana untuk masa depan. Segi sentral dari kepribadian kita adalah intensi kita yang sadar dan sengaja, yaitu : harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dan impian-impian.
Manusia yang sehat memiliki kebutuhan terus-menerus akan variasi, akan sensasi-sensasi dan tantangan baru, mereka mencari pengalaman, mengambil resiko, berspekulasi dan menyelidiki hal-hal baru.

Allport percaya bahwa hanya melalui pengalaman-pengalaman dan risiko-risiko yang dapat membuat manusia bertumbuh.
Konsepsi Allport tentang kepribadian sehat adalah dimana seseorang tidak dapat mencapai tujuan dan cita-citanya, meskipun subtujuan sudah tercapai pasti individu akan merencanakan sesuatu lagi. Orang-orang yang sehat melihat ke masa depan dan hidup dalam masa depan. Bukan malah hidup dimasa lalu/lampau.

sumber : Psikologi Pertumbuhan by DUANE SCHULTZ

Perkembangan Proprium

Perkembangan Proprium

Perkembangan proprium berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tigkat “diri”. Proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Proprium merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.

1) “Diri” jasmaniah.

Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri. Bayi tidak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang lain, dan benda-benda, perbedaan itu menjadi lebih jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka munculah tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah

Kesadaran akan “saya jasmaniah” misalnya, bayi membedakan antara jari-jarinya dan sebuah benda yang dipegang dalam jari-jarinya merupakan langkah pertama ke arah tercapainya seluruh diri. Allport menyebutnya “jangkar abadi untuk kesadaran diri kita” meskipun masih jauh dari menjadi seluruh diri orang itu.

2) Identitas diri

Anak mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin hari ini adalah bayangan dari orang yang sama seperti yang dilihatnya kemarin,dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang berubah.

Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yag lain di dunia.

3) Harga diri

Hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Pada tingkat ini anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan,memanipulasi dan mengubah lingkungan itu. Anak yang berusia 2 tahun yang bersifat ingin tahu dan agresif dapat menjadi sangat destruktif karena dorongan untuk memanipulasi dan menyelidiki ini berkuasa. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan. Apabila orangtua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibatnya akan timbul perasaan dihina dan marah.

Inti dari munculnya harga diri ialah kebutuhan anak akan otonomi. Hal ini kelihatan dalam tingkah lakunya yang negatif sekitar usia 2 tahun, ketika anak kelihatannya selalu menentang segala sesuatu yang dikehendaki orantua unuk diakukannya. Kemudian sekitar usia 6 atau 7 tahun harga diri lebih ditentukan oleh semangat bersaing degan kawan-kawan sebayanya.

4) Perluasan diri (self extension)

Dimulai sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara tentang “rumahku” atau “sekolahku”. Anak mempelajari arti dan nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”. Merupakan permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi,nilai-nilai,dan kepercayaan-kepercayaan.

5) Gambaran diri

Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan berpendapat tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua ini, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.

6) Diri sebagai pelaku rasional

Setelah anak mulai sekolah, tahap ini mulai timbul. Aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas dan tantangan intelektual. Anak belajar bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses logis dan rasional.

7) Perjuangan Proprium (Propriate Striving)

Dalam masa adolesensi tingkat terakhir dalam perkembangan diri timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Segi yang paling penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan,tujuan dan impian jangka panjang.

Sumber : Psikologi Pertumbuhan by DUANE SCHULTZ

Sabtu, 10 Oktober 2009

KRITIKAN HUMANISTIK TERHADAP ALIRAN BEHAVIORISME DAN PSIKOANALISA

KRITIKAN HUMANISTIK TERHADAP BEHAVIORISME

· Manusia sebagai robot/mesin

· Terlalu kaku terhadap stimulus dari luar

KRITIKAN HUMANISTIK TERHADAP PSIKOANALISA

· Mengabaikan potensi yang ada

· Konflik kanak-kanak

· Tekanan-tekanan biologis

PERBEDAAN PSIKOANALISA, BEHAVIORISME DAN HUMANISTIK

BEHAVIORISME

Diprakarsai oleh J.B Watson (1879-1958)

Ia menolak bahwa pikiran sebagai subjek psikologi dibatasi pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diobservasi.

Tiga ciri penting :

1) Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen-elemen atau bangunan perilaku.

2) Menekankan pada perilaku yang dipelajari daripada perilaku yang tidak dipelajari (refleks). Behaviorisme menolak = kecenderungan-kecenderungan perilaku bawaan.

3) Difokuskan pada perilaku binatang.

PSIKOANALISA

Tokohnya adalah Sigmund Freud (1856-1939)

Ø Kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari permunculan dalam perilaku dan pikiran.

Ø Bersembunyi dari kesadaran indval (tidak disadari) = unconscious motivation.

Dalam menyembuhkan pasien neurotis, Freud mengembangkan beberapa metode :

1. Hipnosa

Penyembuhan dalam waktu sementara.

2. Asosiasi bebas

Pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik.

3. Analisis mimpi

Jalan istimewa menuju ketaksadaran.

HUMANISTIK

Tokohnya adalah Abraham Maslow (1908-1970). Gerakan ini merasa tidak puas terhadap psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan memfokuskan penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri eksistensinya.

Psikologi Humanistik mulai di Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang. Psikologi Humanistik memandang Behavioristik mendehumanisasi manusia. Psikologi Humanistik mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia. Menurut Psikologi Humanistik manusia adalah mahluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.

Lima macam kebutuhan yang berhirarki :

1 Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the psyciological needs)

2 Kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the safety needs/the security needs)

3 Kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness needs)

4 Kebutuhan akan penghargaan (the self esteem needs)

5 Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self actualization needs)

Kebutuhan-kebutuhan tersebut dikatakan berhierarki karena kebutuhan yang lebih tinggi menuntut dipenuhi apabila kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah sudah terpenuhi.

Menurut Maslow Psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari yang nampak juga mempelajari perilaku yang tidak nampak, mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran.

Senin, 05 Oktober 2009

PERBEDAAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD DENGAN ERIKSON


Pandangan Psikoanalisa Sigmund Freud

Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.Menurut Freud pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan merupakan sumber perilaku yang tidak normal/menyimpang. Pandangan lengkapnya antara lain :

1) Kesadaran dan Ketidaksadaran

Freud berpendapat bahwa kehidupan psikis terdiri dari : kesadaran (the conscious) dan ketidaksadaran (the unconscious). Kesadaran dapat diibaratkan seperti permukaan gunung es yang nampak. Jadi kesadaran itu merupakan bagian kecil dari kepribadian. Ketidaksadaran yang merupakan bagian kecil dari gunung es di bawah permukaan air mengandung insting-insting yang mendorong perilaku manusia. Menurut Freud ada bagian lain yang disebut Prasadar (preconscious). Dalam preconscious stimulus-stimulus belum direpres,sehingga dapat dengan mudah ditimbulkan kembali dalam kesadaran.

Menurut Freud kepribadian terdiri dari Id, Ego dan Super ego. Id merupakan bagian primitif dari kepribadian. Id mengandung insting seksual dan isting agresif. Id membutuhkan satisfaction dengan segera tanpa memperhatikan realitas yang ada,sehingga sering disebut dengan prinsip kenikmatan (pleasure principles). Ego disebut dengan prinsip realitas (reality principles). Ego menyesuaikan diri dengan realitas. Sedangkan super ego merupakan prinsip moral (morality principles),yaitu mengkontrol perilaku dari segi moral.

2) Insting dan Kecemasan

Freud menyatakan insting terdiri dari isting untuk hidup (life instinct) dan insting untuk mati (death instinct). Life instinct mencakup lapar,haus dan seks, ini merupakan kekuatan kreatif yang disebut “ Libido”. Sedangkan death instinct merupakan kekuatan destruktif. Hal ini dapat ditujukan kepada diri sendiri, menyakiti diri sendiri atau bunuh diri atau ditujukan keluar merupakan bentuk agresi.

Menurut Freud ada tiga macam kecemasan yaitu :

Ø Kecemasan objektif

Merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutan terhadap bahaya nyata.

Ø Kecemasan neurotik

Merupakan kekuatan atau merasa takut akan mendapatkan hukuman atas keinginan yang impulsif.

Ø Kecemasan moral

Merupakan kecemasan yang berkaitan dengan moral. Misalnya seseorang merasa cemas karena melanggar norma-norma moral.

3) Mekanisme pertahanan (defence mechanism)

Bertujuan untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitif yang tidak dapat dibenarkan oleh super ego dan ego. Mekanisme pertahanan ini berfungsi unutk melindungi super ego dan ego dari ancaman dorongan primitif yang mendesak terus menerus karena tidak diijinkan muncul oleh super ego.

Sembilan mekanisme pertahanan yang dikemukakan oleh Freud adalah :

a) Represi

Represi terjadi, misalnya kalau seseorang mengalami suatu peristiwa, tetapi karena pengalaman itu ternyata mengancam/bertentangan dengan super ego maka pengalaman tersebut ditekan atau di repres masuk ke dalam ketidaksadaran dan disimpan agar tidak mengancam super ego lagi.

b) Pembentukan reaksi (reaction formation)

Reaksi seseorang yang sebaliknya dari yang dikehendaki, agar tidak melanggar ketentuan dari super ego.

c) Proyeksi (projection)

Karena super ego melarang seseorang mempunyai perasaan atau sikap negatif terhadap orang lain maka ia berbuat seolah-olah orang lain yang mempunyai perasaan atau sikap negatif terhadap dirinya.

d) Penempatan yang keliru (dispacement)

Kalau seseorang tidak dapat melampiaskan perasaan terhadap orang lain karena hambatan dari super ego, maka ia akan melampiaskan perasaan tersebut kepada pihak ketiga.

e) Rasionalisasi (rasionalisation)

Dorongan-dorongan yang sebenarnya dilarang oleh super ego,dicarikan dasar rationalnya sedemikian rupa sehingga seolah-olah dapat dibenarkan.

f) Supresi (supression)

Supresi adalah upaya menekan sesuatu yang dianggap membahayakan atau bertentangan dengan super ego ke dalam ketidaksadarannya. Berbeda dengan represi,dalam supresi hal yang ditekan atau disupresi adalah hal-hal yang timbul dari ketidaksadarannya sendiri dan belum pernah muncul dalam kesadaran.

g) Sublimasi (sublimation)

Dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh super ego dialihkan ke dalam bentuk perilaku yang lebih sesuai dengan norma-norma masyarakat.

h) Kompensasi (compensation)

Untuk meutupi kegagalnnya dalam suatu bidang kelemahan atau dari bagian/organ fisiknya, ia membuat prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut atau yang berkaitan dengan organ fisiknya. Dengan demikian egonya terhindar dari ejekan atau rasa rendah diri.

i) Regresi (regression)

Untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap egonya ,individu mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah misalnya kembali pada masa kanak-kanak.

Selain itu, dia juga memberikan pernyataan pada awalnya bahwa prilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas pada awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.Pengalaman seksual dari Ibu, seperti menyusui, selanjutnya mengalami perkembangannya atau tersublimasi hingga memunculkan berbagai prilaku lain yang disesuaikan dengan aturan norma masyarakat atau norma Ayah. Dan setiap individu mempunyai seksualitas kanak-kanak (infantile sexuality) yaitu dorongan seksual yang terdapat pada bayi. Dorongan ini akan berkembang terus menjadi dorongan seksualitas pada orang dewasa, melalui beberapa tingkat perkembangan (perkembangan psikoseksual), yaitu :

Ø Fase oral/mulut (lahir sampai 12-18 bulan)

Pada fase ini kepuasan seksual terutama terdapat di sekitar mulut. Contoh : perbuatan bayi menyusu pada ibunya atau memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya adalah dalam rangka mencapai kepuasan seksual fase oral ini.

Ø Fase anal/anus (12-18 bulan sampai 3 tahun)

Daerah kepuasan seksual berpindah ke anus contoh : pada saat buang air besar ( toilet training).

Ø Fase phalic (3 tahun sampai 6 tahun)

Kepuasan seksualnya terdapat pada alat kelamin. Tetapi berbeda dengan seks orang dewasa, kepuasan seks fase phalic ini tidak bertujuan mengembangkan keturunannya.

Ø Fase laten (6 tahun sampai pubertas)

Masa yang relatif tenang diantara tahapan-tahapan yang lebih bergelora.

Ø Fase genital (pubertas sampai kedewasaan)

Dimulai sejak masa remaja. Segala kepuasan seks terutama berpusat pada alat kelamin.

Freud menggunakan metode baru untuk menyembuhkan penderita tekanan Psikologis yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun terus mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan permasalahan. Sedangkan Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.

Hal-hal ini dilakukan untuk mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai "obat dengan berbicara". Hal-hal ini menjadi unsur inti psikoanalisis. Freud terutama tertarik pada kondisi yang dulu disebut histeria dan sekarang disebut sindrom konversi.

Pandangan psikoanalisa Erikson

Teori perkembangan Erikson sangat dipengaruhi oleh psikoanalisa Freud. Beliau tidak mendasarkan teori perkembangannya pada libido, melainkan pada pengaruh sosial budaya di lingkungan individu.erikson masih memakai konsep-konsep naluri Freud yang dibentangkan pada dua titik ekstrim (positif-negatif) sebagai suatu konflik yang diungkap dengan kata “venus” yang bukan berarti “lawan”. Konflik ini menimbulkan suatu krisis. Terselesaikannya krisis itu akan mempengaruhi perkembangan individu. Bagi Erikson, krisis bukan merupakan malapetaka, tetapi suatu titik tolak perkembangan psikososial Erikson. Erikson adalah perintis perspektif tentang kehidupan (life-span perspective). Jika Freud menekankan bahwa pengalaman di awal masa kanak-kanak membentuk kepribadian secara permanen,ericsson malah menyatakan bahwa perkembangan ego bersifat seumur hidup. Teori perkembangan psikososial Ericsson mencakup delapan tahapan sepanjang rentang kehidupan, yaitu :

Ø Basic Trust Vs Basic Mistrust (lahir hingga 1 tahun)

Bayi mengembangkan perasaan bahwa dunia merupakan tempat yang baik dan aman. Hikmah : harapan.

Ø Autonomy Vs Shame & Doubt (2-3 tahun)

Anak mengembangkan keseimbangan independen dan kepuasan diri terhadap rasa malu dan keraguan. Hikmah : kehendak.

Ø Initiative Vs Guilt (3-6 tahun)

Anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba aktivitas baru dan tidak terlalu terbebani oleh rasa bersalah. Hikmah : tujuan.

Ø Industry Vs Inferiority (6-11 tahun)

Anak harus belajar keterampilan budaya atau menghadapi perasaan tidak kompeten. Hikmah : keterampilan.

Ø Identity Vs Role Confusion (mulai 12 tahun)

Remaja harus menentukan pemahaman akan diri sendiri (“siapakah saya ini?”) atau merasakan kekacauan peran. Hikmah : loyalitas/dapat dipercaya.

Ø Intimacy Vs Isolation (dewasa awal)

Individu mencoba membuat komitmen dengan orang lain : apabila tidak sukses , maka ia akan menderita isolasi dan pemisahan diri. Hikmah : cinta.

Ø Productivity Vs Stagnation (dewasa tengah)

Perhatian orang dewasa yang sudah matang adalah membangun dan membimbing generasi selanjutnya atau merasa tidak percaya diri. Hikmah : rasa peduli.

Ø Ego Integrity Vs Despair (dewasa akhir)

Individu yang lebih tua mendapatkan penerimaan terhadap hidup dan membuatnya dapat menerima kematian atau sebaliknya, putus asa atas ketidakmampuannya menghidupkan kembali hidupnya. Hikmah : kebijaksanaan.

KESIMPULAN

Sigmund Freud

Teori penting : Teori psikoseksual.

Keyakinan Dasar : Perilaku dikontrol oleh dorongan tidak sadar yang luar biasa.

Teknik yang digunakan : Observasi Klinis.

Penekanan Kausal : Faktor bawaan yang dimodifikasi oleh pengalaman.

Keaktifan dan Kepasifan Individual : Pasif.

Erikson

Teori Penting : Teori psikososial.

Keyakinan Dasar : Kepribadian dipengaruhi oleh masyarakat dan dibangun melalui serangkaian krisis, atau alternatif-alternatif kritikal.

Teknik yang digunakan : Observasi Klinis.

Penekanan Kausal : Interaksi adalah faktor bawaan dan pengalaman.

Keaktifan dan kepasifan individual : Aktif.


Sumber dari :

Psikologi Umum Penerbit Gunadarma Disusun oleh A.M Heru Basuki

Psikologi Perkembangan Penerbit Kencana Karangan Diane E. Papalia, Sally Wendkos Old, Ruth Duskin Feldman.